penyebab konflik fpi vs gmbi di jawa barat Konflik antara Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Muda Bela Islam (GMBI) di Bandung pada November 2020 menandakan eskalasi ketegangan antarkelompok yang berpotensi mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat. Insiden tersebut bermula dari perselisihan yang berkembang menjadi aksi kekerasan yang melibatkan sejumlah massa dari kedua organisasi. Sekelompok oknum FPI melakukan penyerangan terhadap markas GMBI dengan menggunakan senjata tajam dan benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan. Aksi ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat dan menghadirkan tantangan serius bagi aparat keamanan dalam menjaga stabilitas sosial.
Proses negosiasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian bertujuan untuk meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi konflik yang lebih meluas. Petugas kepolisian berupaya melakukan pendekatan persuasif dengan menengahi perselisihan antara kedua kelompok yang saling bermusuhan. Upaya negosiasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari bentrokan fisik dan meminimalisir potensi korban jiwa. Namun, situasi yang tegang dan emosi massa yang tinggi membuat proses mediasi menjadi sangat kompleks dan sulit untuk diredam. Dinamika konflik yang terjadi menggambarkan rentannya potensi konflik horizontal di tengah masyarakat..
Insiden tersebut mengungkapkan kelemahan dalam mekanisme pengendalian sosial dan perlunya pendekatan komprehensif dalam menangani konflik antarkelompok. Pemerintah dan aparat keamanan dituntut untuk lebih proaktif dalam mencegah terjadinya kekerasan yang dipicu oleh perbedaan ideologi atau kepentingan kelompok. Diperlukan strategi pembinaan yang sistematis untuk mengurangi potensi konflik dan membangun toleransi antarkelompok masyarakat. Langkah preventif melalui dialog, mediasi, dan pemberdayaan sosial menjadi kunci utama dalam menjaga harmonisasi hubungan antarkelompok dan mencegah terulangnya peristiwa kekerasan serupa di masa mendatang..