laras yang digunakan pada gamelan jawa adalah Laras pelog merupakan salah satu sistem pelarasan dalam musik gamelan Jawa yang memiliki karakteristik unik dan kompleks. Dibandingkan dengan laras slendro yang lebih sederhana, laras pelog memiliki struktur nada yang lebih kaya dan beragam. Dalam tradisi karawitan Jawa, laras pelog dikenal memiliki spektrum nada yang lebih luas dan memungkinkan musisi untuk mengekspresikan nuansa musikal yang lebih mendalam. Sistem pelarasan ini tidak hanya sekadar teknik musikal, tetapi juga merupakan bagian penting dari warisan budaya dan ekspresi artistik masyarakat Jawa yang telah berkembang selama berabad-abad.
Perbedaan utama antara laras pelog dan slendro terletak pada jumlah dan susunan nada. Laras slendro umumnya terdiri dari lima nada pokok, sedangkan laras pelog memiliki tujuh nada dengan satu nada tambahan yang khas, yakni nada pelog (4). Nada tambahan ini memberikan warna dan nuansa musikal yang berbeda, memungkinkan musisi untuk menghasilkan komposisi yang lebih kompleks dan ekspresif. Dalam praktik karawitan, pemilihan laras sangat tergantung pada konteks pertunjukan, suasana, dan jenis gamelan yang digunakan. Musisi gamelan biasanya memiliki kemampuan untuk memahami dan menguasai karakteristik masing-masing laras dengan sangat mendalam..
Signifikansi laras pelog dalam musik gamelan Jawa tidak dapat diabaikan, karena ia mewakili kedalaman ekspresi musikal dan filosofis budaya Jawa. Setiap nada dalam laras pelog memiliki makna simbolis dan spiritual yang terkait erat dengan konsep-konsep filosofis masyarakat Jawa. Penggunaan laras pelog tidak hanya sebatas pertimbangan musikal, tetapi juga mencerminkan keseimbangan dan harmoni kosmologis. Para seniman dan pemain gamelan tradisional memahami bahwa pemilihan dan pengolahan nada dalam laras pelog merupakan seni yang membutuhkan kepekaan, pengetahuan mendalam, serta penghayatan terhadap tradisi musikal yang adiluhung..