kota santet jawa timur Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, memiliki sejarah kelam yang membuatnya terkenal sebagai kota santet. Julukan tersebut bermula dari serangkaian peristiwa mengerikan pada tahun 1998, ketika wilayah ini dilanda konflik sosial yang mengakibatkan pembunuhan berantai dengan motif tuduhan praktik santet. Rentetan kekerasan ini bermula dari ketegangan antarwarga yang dipicu oleh isu-isu mistis dan prasangka sosial, yang kemudian berkembang menjadi tindakan main hakim sendiri. Korban pembunuhan mayoritas adalah mereka yang dianggap sebagai dukun atau memiliki kemampuan magis yang dianggap membahayakan masyarakat sekitar.
Fenomena santet di Banyuwangi tidak hanya sekadar mitos, melainkan telah menjadi bagian dari konstruksi sosial masyarakat setempat. Kepercayaan akan kekuatan magis dan kemampuan supranatural sangat mengakar kuat dalam budaya masyarakat Banyuwangi. Para dukun atau paranormal dianggap memiliki kemampuan untuk mendatangkan malapetaka atau mengobati penyakit melalui kekuatan gaib. Kondisi ini diperparah oleh tingkat pendidikan yang rendah dan keterbatasan akses informasi di wilayah pedesaan, sehingga memperkuat kepercayaan akan hal-hal yang bersifat mistis. Pola pikir semacam ini pada akhirnya menciptakan lingkungan yang rawan konflik dan kekerasan..
Baca juga: Di Suriname, Presiden pun Ikut Jemput Didi Kempot - Jawa Pos
Meskipun demikian, Banyuwangi kini telah berubah secara signifikan. Pemerintah daerah dan berbagai elemen masyarakat telah berupaya keras untuk merubah citra negatif tersebut melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas pendidikan. Pariwisata dan pengembangan potensi lokal menjadi fokus utama dalam membangun kembali identitas daerah. Destinasi wisata alam, budaya, dan kuliner kini menjadi daya tarik utama Banyuwangi, mengalihkan perhatian dari masa lalu kelam tersebut. Transformasi sosial yang terjadi menunjukkan bahwa masyarakat Banyuwangi mampu bangkit dari trauma sejarah dan membangun masa depan yang lebih cerah dan bermartabat..